Container Icon

Suka Pelangi Saya?

Syarat-syarat jika ingin melakukan dosa.

~ sns cerita tentang ~
Assalamu'alaikum wbt

Salam Saiyidul Ayyam pertama di tahun 1433H. Apa khabar iman dan kesihatan diri harini? Didoakan dalam keadaan yang cemerlang dengan izinNYA. Baiklah, memandang jadual Halaqah Cyber saya dan sahabat-sahabat berubah ke hari ni (Jumaat, jam 8.30pm), dan kebetulan dalam emel semalam tugasan saya minggu ini adalah untuk memberi Kullim / tazkirah ringkas selama 15 minit. Pagi ni usai Subuh tadi, menggoogle sedikit informasi yang boleh dibuat perkongsian. Baiklah saya kongsi di sini jugaklah.

Bicara Ahli Sufi dan Ahli Maksiat ; Ibrahim Bin Adham dan Jahdar Bin Rab'iah.

Nama lengkapnya adalah Ibrahim bin Adham bin Manshur al ‘Ijli. Ada yang mengatakan at Tamimy dan juga dikenal dengan Abu Ishaq al Balkhi. Meninggal tahun 162. Mungkin tidak ada yang banyak mengenal bahwa beliau adalah seorang pangeran dari Balakh. Seorang pangeran kaya raya dengan istananya yang megah gemilang. Kemegahannya saat itu belum ada yang menandinginya. Meskipun hidup bergelimang harta dan kekuasaan tidak membuat hati beliau lalai. Bahkan beliau terkenal sebagai orang yang taat beribadah dan sangat penyantun terhadap sesama terlebih kepada orang-orang miskin di negerinya.

Setiap Jum’at dikumpulkan para fakir miskin di depan istananya dan ditaburkannya uang dirham ke halaman istana. Ia juga gemar memberi hadiah bagi orang-orang yang dianggap berjasa serta memberi zakat dan shadaqah jariyah pada hari-hari tertentu.
Namun gemerlapnya dunia tidak dapat membuatnya bahagia dan tidak mampu menghadirkan ketenangan jiwa. Bahkan membuatnya hatinya dirundung gundah gulana. Hingga pada suatu malam, saat penghuni istana sedang tidur terlelap, dia meninggalkan istana dengan menyamar sebagai seorang papa. Baginya, kehidupan yang fana ini semakin diteguk semakin merasa haus. Akhirnya sang pangeran meninggalkan semuanya.

Pada suatu hari Ibrahim bin Adham didatangi oleh seorang lelaki yang gemar melakukan dalam kemaksiatan, sering mencuri, selalu menipu, dan tak pernah bosan berzina. Lelaki tersebut bernama Jahdar bin Rabi'ah. Ia meminta nasihat kepada Ibrahim agar dia dapat menghentikan perbuatan maksiatnya. Dia berkata, "Ya Aba Ishak, aku ini seorang yang suka melakukan perbuatan maksiat. Tolong berikan aku nasihat dan cara yang terbaik untuk menghentikannya!"
Setelah merenung sejenak, Ibrahim berkata, "Jika kau mampu melaksanakan lima syarat yang ku berikan, Maka kau boleh melakukan maksiat."Tentu saja dengan penuh rasa keinginan nak tahu . Jahdar kembali bertanya, "Apakah syarat-syarat itu, ya Aba Ishak?"

SYARAT PERTAMA:


Jika engkau melaksanakan atau melakukan perbuatan maksiat, janganlah kau memakan Rezeki Allah," ucap Ibrahim. Mendengar itu Jahdar mengerutkan dahinya lalu berkata, "Lalu dari mana aku mahu makan? Bukankah segala sesuatu yang berada di bumi ini adalah rezeki Allah?"

"Benar," jawab Ibrahim dengan tegas. "Bila engkau telah mengetahuinya, masih pantaskah engkau memakan rezeki-Nya, sementara kau terus menerus melakukan maksiat dan melanggar perintah-perintahnya?". "Baiklah," jawab Jahdar tampak menyerah.

SYARAT KEDUA:

Kemudian apa syarat yang kedua?". "Kalau kau berbuat maksiat kepada Allah, janganlah kau tinggal di bumi-Nya," kata Ibrahim lebih tegas lagi. Syarat kedua ini membuatkan Jahdar tambah terkejut. "Syarat ini lebih hebat lagi. Lalu aku harus tinggal di mana? Bukankah bumi dengan segala isinya ini milik Allah?"

"Benar wahai hamba Allah. Kerana itu, fikirkanlah baik-baik, apakah kau masih pantas memakan rezeki-Nya dan tinggal di bumi-Nya, sementara kau terus berbuat maksiat?" tanya Ibrahim."Kau benar Aba Ishak," ucap Jahdar kemudian. "Lalu apa syarat ketiga?" tanya Jahdar.


SYARAT KETIGA:

Kalau kau masih bermaksiat kepada Allah, tetapi masih ingin memakan rezeki-Nya dan tinggal di bumi-Nya, maka carilah tempat tersembunyi yang tak terlihat olehNya. Syarat ini membuat lelaki itu terperanjat. "Ya Aba Ishak, nasihat macam mana ini? Mana mungkin Allah tidak melihat kita?"

"Bagus! Kalau kau yakin Allah selalu melihat kita, tetapi kau masih terus memakan rezeki-Nya, tinggal di bumi-Nya, dan terus melakukan maksiat kepada-Nya, pantaskah kau melakukan semua itu?" tanya Ibrahin kepada Jahdar yang masih tampak bingung dan terperanjat. Semua ucapan itu membuat Jahdar bin Rabi'ah tidak terkata dan membenarkannya. "Baiklah, ya Aba Ishak, lalu katakan sekarang apa syarat keempat?"


SYARAT KEEMPAT:


"Jika malaikat maut hendak mencabut nyawamu, katakanlah kepadanya bahawa engkau belum mahu mati sebelum bertaubat dan melakukan amal saleh." Jahdar termenung. Tampaknya ia mulai menyedari semua perbuatan yang dilakukannya selama ini. Dia kemudian berkata, "Tidak mungkin... tidak mungkin semua itu aku lakukan."

"Wahai hamba Allah, bila kau tidak sanggup mengundurkan hari kematianmu, lalu dengan cara apa kau dapat menghindari kemurkaan Allah?" Tanpa banyak komentar lagi, ia bertanya syarat yang kelima, yang merupakan syarat terakhir. Ibrahim bin Adham untuk kesekian kalinya memberi nasihat kepada lelaki itu.


SYARAT KELIMA:


Yang terakhir, bila malaikat Zabaniyah hendak menggiringmu ke neraka di hari kiamat nanti, janganlah kau ikut bersama dengannya dan menjauhinya!" Lelaki itu nampaknya tidak sanggup lagi mendengar nasihatnya. Ia menangis penuh penyesalan dan keinsafan. Dia berkata sudah pasti malaikat tidak akan membiarkan aku menolak keputusannya. Dengan wajah penuh sesal ia berkata,

"Cukup…cukup ya Aba Ishak! Jangan kau teruskan lagi. Aku tidak sanggup lagi mendengarnya. Aku berjanji, mulai saat ini aku akan beristighfar dan bertaubat nasuha kepada Allah."
Jahdar memang menepati janjinya. Sejak pertemuannya dengan Ibrahim bin Adham, ia benar-benar berubah. Ia mulai menjalankan ibadah dan semua perintah-perintah Allah dengan baik dan khusyu'.
__________________________________________________________

Setiap hari bila membaca berita-berita di akhbar online, tak pernah TIADA kisah tanpa perbuatan keji, khianat dan maksiat. Semoga kisah di atas, sedikit sebanyak memberi kita keinsafan dan pengajaran untuk tidak melakukan kejahatan di muka bumi Allah. Tiada satu pun hak milik kita melainkan Allah yang punya.


“Bumi yang tiada rimba, seumpama hamba,
dia dicemar manusia yang jahil ketawa”

Ingat bait-bait lirik itu? Hm, Bumi di dalam genggaman tangan kita sekalipun, ia masih kepunyaan ALLAH.
Saya akhiri entry kali ini dengan sebuah lagu daripada Rabbani. :)



Jantung Hatiku : Jangan angkuh, sombong dengan apa yang kita ada!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments: